Aku mulai lelah, ketika aku tak bisa lagi menghentikan ambisiku. Sebenarnya apa yang aku inginkan ? Aku seakan dibutakan ambisiku. Lelaki, harta kekayaan,status sosial,hak untuk dihormati. Semua yg berbau duniawi sudah aku jelajahi, tapi tak kunjung kudapatkan. Waktu, tenaga, pikiran, keringat, serta hari-hariku telah menguap bersama dengan perjalanan ambisiku. Sebenarnya apa yang aku cari ?
Aku ingin berlari, menuruni bukit, mendaki gunung, menyusuri hutan-hutan, menjelajahi lautan, berharap tak menemukan tepian. Tapi untuk apa ? aku bukan seorang cengeng yg berputus asa mengharap kematian,walaupun kadang rasa itu sllu menghantuiku.aku suka dgn ketidak teraturan dripada keteraturan,tpi bkn berarti aku liar,aku hanya ingin bebas berekspresi tanpa kekang dan aku hanya butuh pengakuan.walaupun aku tau keteraturan itu bs menyelamatkan aku dan orang lain.
Hidupku bagaikan berjalan menyusuri labirin. Tidak akan prnah tau kapan akan melihat pintu keluar. Hidup tak pernah terlihat ujungnya. Kapan aku mjadi apa, kapan aku mjadi siapa. Hidup adlh sebuah misteri. Mungkin itu yg dipesankan di telingaku ketika aku hendak lahir ke dunia. Jauh disana, Allah membisikkan suaranya sesaat sebelum aku lahir, “jalani hidupmu, Aku tdk akan pernah meninggalkanmu, bahkan ketika engkau meninggalkanKu sekalipun, Aku tetap mengawasimu.”Tiba-tiba aku terhentak dengan bisikan ditelingaku. Lihatlah hidupmu, bukankah engkau masih selalu Kuberi kenikmatan. Yah, Aku masih bisa merasakan kenikmatan.
Ketika aku melihat anak-anak pergi ke sekolah di pagi hari. Ketika bayangan mereka msih condong kearah barat, aku sllu terharu dan kadang menitikkan air mata. Mereka berjalan, naik sepeda. Mencoba mjalani hidupnya untuk menanam benih-benih masa depan. Mereka berduyun-duyun disinari sang surya yg tak pernah lelah datang di pagi hari. Saat seperti itu, aku merasa jiwaku sangat damai, aku merasa rindu dgn saat-saat seperti itu. Saat dimana aku bisa menjalani aktivitas belajar. Ketika jiwa masih jernih. Ketika dosa-dosa belum byk hinggap di dada ini. Keluguan masih terpancar di wajah-wajah kami. Wajah-wajah yg terpancar dgn aura cemerlang dari ke-optimisan dan ke-teraturan. Wajah-wajah yg penuh dgn mimpi, dan ambisi yg masih sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar